Live simply, Love generously, Care deeply, Speak kindly, Leave the rest to God

Minggu, 06 Januari 2013

TUGAS-2 INTERAKSI BUDAYA 




BAB I
PENDAHULUAN


Interaksi budaya merupakan suatu fondasi dari hubungan yang berupa tindakan yang berdasarkan norma dan nilai sosial budaya yang berlaku dan diterapkan di dalam masyarakat. Dengan adanya nilai dan norma yang berlaku, interaksi budaya itu sendiri dapat berlangsung dengan baik jika aturan – aturan dan nilai – nilai yang ada dapat dilakukan dengan baik. Jika tidak adanya kesadaran atas pribadi masing – masing,maka proses sosial budaya itu sendiri tidak dapat berjalan sesuai dengan yang kita harapkan. Di dalam kehidupan sehari – hari tentunya manusia tidak dapat lepas dari hubungan antara satu dengan yang lainnya,ia akan selalu perlu untuk mencari individu ataupun kelompok lain untuk dapat berinteraksi ataupun bertukar pikiran.
Setiap komunitas memiliki struktur sosial yaitu jalinan hubungan antar individu atau kelompok sosial dalam masyarakat sesuai status dan peranan yang dimilikinya. Bentuk struktur sosial tersebut dapat berupa proses konflik dan integrasi dalam masyarakat. Hidup rukun-tidak rukun menunjukkan adanya interaksi sosial positif-negatif. Interaksi sosial positif merupakan proses interaksi yang menuju pada penyatuan. Interaksi tesebut dapat berupa akomodasi, kerja sama dan akhirnya integrasi. Apabila terjadi pertikaian dan konflik, munculah apa yang disebut Interaksi sosial negatif(Ismail, 2009), Konflik dan integrasi merupakan sebuah pasangan yang melekat dalam kehidupan masyarakat (Simmel dalam Saifuddin, 1986).


BAB II
MASALAH


Di Indonesia terdapat sejumlah agama dan aliran kepercayaan. Dalam interaksi sosial kehidupan sehari-hari masyarakat Indonesia dihadapkan dengan kenyataan beragam perbedaan. Kusmadewi(2010), menyatakan bahwa kemajemukan masyarakat Indonesia termasuk faham agama dapat menjadi salah satu pemicu perbedaan /konflik.
Disisi lain perbedaan dapat juga memicu terjadinya persatuan/integrasi. Adanya berbagai wadah persatuan antar umat beragama menunjukan bukti kompromi, dimana kesemua agama menjunjung tinggi nilai-nilai perdamaian dan kemanusiaan. Namun karena terdapat pemahaman agama yang berbeda-beda, konflik antarumat beragama maupun intern umat beragama selalu dapat muncul.
Sebenarnya pada agama selain Islam juga terjadi konflik, seperti masalah sekte dan aliran Kristen. Salah satu faktor terjadinya konflik semacam ini adalah terjadinya pemahaman yang berbeda dan interpretasi yang beraneka ragam terhadap sumber-sumber ajaran agama/ teks suci, terutama sumber ajara Islam.
NU dan Muhammadiyah adalah dua organisasi Islam terbesar di Indonesia dengan mengantongi jumlah massa masing-masing puluhan juta. Keduanya mempunyai pengalaman kesejarahan amat kaya. Dan proses kristalisasi sejarah semakin mengutuhkan NU dan Muhammadiyah sebagai dua sosok organisasi sosial keagamaan yang disegani. Yang pertama sering disebut oleh para pengamat sejarah sebagi sebuah organisasi yang mewakili golongan Muslim tradisional, sedang yang kedua sering dikatakan sebagai sebuah perkumpulan yang mewakili kelompok Muslim modernis.
Masyarakat Indonesia adalah masyarakat yang majemuk, baik dalam skop nasional maupun daerah. Dalam interaksi antar berbagai kelompok masyarakat, kemajemukan bisa melahirkan kerukunan atau integrasi sebagaimana dia juga bisa melahirkan ketidakrukunan atau konflik. Sebagai mayoritas penduduk Indonesia, umat Islam memiliki peranan yang penting bagi proses integrasi bangsa. Sebagai unsur utama pembentuk konfigurasi umat Islam Indonesia, Muhammadiyah dan NU tentu memiliki peran yang besar bagi proses integrasi bangsa Indonesia. Kenyataannya hubungan Muhammadiyah-NU, sebagaimana hubungan antar kemunitas yang lain, mengalami dinamika, pasang dan surut. Ruang lingkup penelitian ini adalah interaksi, yang meliputi integrasi atau konflik sosial antar komunitas NU dan komunitas Muhammadiyah.



BAB III
PEMBAHASAN


 NU dan Muhammadiyah adalah dua organisasi Islam terbesar di Indonesia dengan mengantongi jumlah massa masing-masing puluhan juta. Keduanya mempunyai pengalaman kesejarahan amat kaya. Dan proses kristalisasi sejarah semakin mengutuhkan NU dan Muhammadiyah sebagai dua sosok organisasi sosial keagamaan yang disegani. Yang pertama sering disebut oleh para pengamat sejarah sebagi sebuah organisasi yang mewakili golongan Muslim tradisional, sedang yang kedua sering dikatakan sebagai sebuah perkumpulan yang mewakili kelompok Muslim modernis. Kalau NU lahir pada 31 Januari 1926, maka Muhammadiyah lahir lebih awal empat belas tahun, yaitu pada 18 Nopember 1912.
Islam di Indonesia tidak dapat terlepas dari Muhammadiyah dan NU (Nahdlatul Ulama). Kedua ormas ini turut mewarnai sejarah Indonesia terutama pada masa pra-kemerdekaan. Sepanjang perjalanan kedua organisasi Islam terbesar ini, senantiasa diwarnai koorporasi, kompetisi, sekaligus konfrontasi. Kajian Muhammadiyah dan NU di Indonesia selalu melibatkan harapan dan kekhawatiran lama yang mencekam, karena wilayah pembahasan ini penuh romantisme masa lalu yang sarat emosi dan sentimen historis yang amat sensitif. Sekedar contoh, sering dinyatakan, kelahiran NU tahun 1926 merupakan reaksi defensif atas berbagai aktivitas kelompok reformis, Muhammadiyah (dan Serekat Islam), meski bukan satu-satunya alasan(Qodir, 2001).
Pandangan masyarakat pada umumnya terhadap warga Muhammadiyah dan NU di desa adalah terjadi polarisasi diantara keduanya. Bahkan ada beberapa data yang menyebutkan konflik diantara keduanya. kita dapat melihat interaksi sosial NU-Muhammadiyah di beberapa tempat. Salah satu tempat berinteraksi antar warga kedua ormas ini. telah lama hidup berdampingan antara Muhammadiyah dan NU. Di lingkungan tempat tinggal, keduanya telah mempunyai perangkat dakwah seperti tempat ibadah pendidikan dan berbagai usaha warga setempat yang lain.
Beberapa bentuk integrasi yang terjadi antara warga NU dan Muhammadiyah sebagai berikut:
1. Solat di majid
Ummat islam yang melakukan solat di masjid ini bukan hanya warga muhammadiyah, tetapi justru warga NU lebih banyak. Hal ini karena muhammadiyah termasuk minoritas, sedangkan NU adalah mayoritas.
2. Acara Mauludan
 Mauludan yang dimaksud disini adalah tradisi membaca kitab yang bercerita seputar kelahiran nabi deangan cara dinyanyikan dengan gaya jawa pada tanggal 12 Rabi’ul Awwal. Tiap kepala keluarga membuat sepuluh ‘besek makanan’, setelah selesai pembacaan kitab maulud ‘besek makanan’ tersebut dibagikan kepada seluruh orang yang hadir dan diprioritaskan kaum lelaki. Pada perayaan ini, warga Muhammadiyah maupun NU melaksanakan kegiatan bersama-sama. Acara ini menghilangkan sekat antara golongan masyarakat yang merayakanya.
3. Sripah kematian
Kematian seseorang akan mengundang empati orang lain, terutama tetangga dekat dan kerabat. Secara tidak disadari keadaan ini merupakan ajang interaksi sosial antar warga. Pada saat-saat berkabung seperti ini orang tidak terlalu memikirkan tentang golongan termasuk Muhammadiyah atau NU. Kalaupun masih memikirkan golongannya, keadaan berkabung tetap lebih menonjol, sehingga antara warga Muhammadiyah dan NU nyaris tak terpisahkan.
Adapun bentuk-bentuk konflik yang terjadi penulis mendapatkan data beberapa kasus sebagai berikut;
a.       Konflik takmir
Perbedaan pendapat dalam masalah bilangan sholat tarwih menjadikan pergolakan dan perkelahian di areal masjid. Melihat kondisi ini, para kyai sepuh biasanya memberikan solusi

b.   Penentuan Hari Raya
Warga NU dan Muhammadiyah terjadi perbedaan penentuan Hari Raya Idul Fitri. Perbedaan ini memicu konflik antar warga, akan tetapi tidak sampai pada adu fisik.


BAB IV
PENUTUP

A. Kesimpulan
Kesimpulan secara umum antara ummat Islam warga NU dan Muhammadiyah sebagai berikut:
1. Berdasarkan hasil analisis, pada umumnya relasi yang terjadi termasuk integrasi sosial Akomodasi. Yaitu pada kegiatan acara yang bersifat umum seperti perayaan hari raya dan pernikahan.
2. Berdasarkan analisis, antara warga NU dan Muhammadiyah memang ternyata saling membutuhkan terutama dalam hal social
3. Tidak terjadinya konflik antar kelompok islam khususnya Muhammadiyah dan NU, itu lebih karena globalisasi.


B. Saran
Berdasarkan hasil analisis masalah dan kesimpulan bahwa antara warga NU dan Muhammadiyah ternyata saling membutuhkan, maka dapat dikemukakan saran-saran sebagai masukan dalam melakukan kegiatan bersama antar warga NU dan Muhammadiyah , sebagai berikut:
1.      Memaksimalkan kerjasama dibidang Ekonomi. Apabila bisnis antara warga NU dan Muhammadiyah berjalan lancar, maka kemungkinan konflik antara keduanya kecil. Hal ini akan memperkuat Integrasi.
2.      Meningkatkan faktor-faktor lain selain dibidang Ekonomi, yaitu faktor keta’miran masjid dengan cara membagi jatah imam rowatib. faktor kekerabatan dengan mempertalikan warga NU dan Muhammadiyah untuk dinikahkan. Kedua faktor ini sangat signifikan untuk memperkuat integrasi antara warga NU dan Muhammadiyah.
3.      Terus-menerus melakukan kegiatan bersama di tengah masayarakat dengan  menentukan pendekatan yang tepat sesuai dengan kondisi dan tingkat kecerdasan kelompok sasaran sehingga akan meningkatkan pemahaman tentang wawasan organisasi dan kehadirannya di tengah-tengah mereka.

DAFTAR PUSTAKA

http://refdak.wordpress.com/2011/06/01/interaksi-sosial-antar-kelompok-islam/

http://muhammadfadol.blogspot.com/2009/05/nu-dan-muhammadiyah.html

http://elib.pdii.lipi.go.id/katalog/index.php/searchkatalog/byId/50463