Live simply, Love generously, Care deeply, Speak kindly, Leave the rest to God

Jumat, 18 Maret 2011

SYARAT DARI AZ-ZAHRA

Dug…dug…dug…dug… Allahu akbar.. Allahu akbar…
“Alhamdulillah, engkau masih memberi waktu padaku untuk beribadah kepada-Mu”.
 Ucap akbar ketika mendengar panggilan shalat setelah ia pulang sekolah.
Bergegaslah ia masuk kedalam masjid dan langsung menuju tempat berwudhu.
Tampak akbar sedang mengangkat kedua tangannya, terlihat sedang membaca do’a sesudah berwudhu. Segeralah ia menuju kedalam masjid dengan menempati baris ke dua.
            ”Allahu akbar...”.
Imam memulai shalatnya, disusul dengan jama’ah yang lain. Terlihat begitu jelas kekhusuan para jama’ah dalam melakukan shalat pada siang hari itu..
            ”Assalamu’alaikum warohmatullah”
Imam mengakhiri shalatnya.
            ”Alhamdulillah”
Ucap Akbar sambil mengusap kedua tangannya sambil membaca do’a sesudah shalat yang dipimpin oleh Imam.
Tak terasa selesailah pembacaan do’a-do’a tersebut dan Akbar pun berjabat tangan atau bersilahturahmi dengan para jama’ah lain.
**********
Memang, siang itu ba’da zuhur sepulang sekolah akbar sudah terkulai lemas di mushola dekat rumahnya. Maklum, cuaca sedang panas-panasnya, ditambah lagi dia sedang menjalankan ibadah puasa. Padahal puasa baru memasuki hari kelima tapi entah kenapa hari ini semangatnya merosot. Akbar menatap langit-langit mushola dia malas sekali pulang kerumah, dia ingin tetap disini, dirumah Allah yang damai. Hari ini akbar merasa otaknya tidak beres, pikirannya terus melayang kepada Azzahra, gadis berjilbab yang selama ini dia cintai, dan perkataan Azzahra terus mengiang di kepalanya:
Tolong carikan aku sebuah benda yang dipakai oleh kaum ku, dimana mereka dalam keadaan bersih dan suci dan yang bisa membuatku mulia dihadapan Allah.”
Perkataan itu terucap dua tahun lalu saat Akbar kelas satu SMA waktu itu akbar menyatakan cintanya kepada Azzahra, dan kemudian jatuhlah syarat itu kepadanya. Yang lebih sulit lagi Azzahra hanya memberinya waktu tujuh belas hari, dari tanggal satu sampai tujuh belas ramadhan.
Dua tahun lalu ia gagal, dan tahun lalu pun dia gagal lagi. Dan sekarang adalah tahun berakhirnya bersekolah, Akbar sangat takut kalau tahun ini dia tidak juga menemukan jawabanya.
            Bagi Akbar ini adalah sebuah sayembara. Betapa tidak, ternyata bukan hanya dia yang menyukai Zahra, tetapi masih ada sepuluh temannya yang lain. Atau mungkin lebih, sebab kalau dia menanyakan sesuatu kepada Zahra,Zahra selalu menjawab : “Hari ini sudah sepuluh orang yang bertanya kepada aku tentang itu, dan kamu orang yang kesebelas.” Sebenarnya, Akbar tidak tahu siapa saja saingannya, tetapi yang jelas yang membuatnya lega adalah selama ini salah satu dari mereka juga tidak bisa menemukan jawaban dari pertanyaan Zahra. Kalau ada yang berhasil menemukan jawabannya, Zahra pasti sudah memberi tahunya.

*******
            Hari – hari berikutnya Akbar tetap bersikap seperti itu, selalu memikirkan apa yang dimaksud oleh Azzahra, sampai suatu malam ia beristikharah meminta petunjuk kepada Allah dan sambil merintihkan air mata ia pun mencoba untuk menenangkan jiwa dan hatinya dengan membaca Al-Quran, orang tua, kakak dan adiknya sudah tertidur lelap terkecuali ayahnya yang sedari tadi tidak menyukai apa yang dilakukan oleh Akbar.
            “Tok...tok...tok...”.
Terdengar seseorang mengetuk pintu dengan kerasnya dan Akbar pun langsung menghentikan mengajinya dan ia bergegas membuka pintu.
            “Ada apa pak?”.
Tanya Akbar dengan suara lembut kepada bapaknya.
Dengan nada keras bapak menegaskan
            ”Kamu tidak tahu, sekarang ini sudah tengah malam, kamu itu hanya mengganggu tidur bapak saja, kamu kan tahu sendiri, besok bapak harus bekerja”.
Ucap bapak dengan muka marahnya sambil menunjuk – nunjuk ke arah muka Akbar.
            ” Maafkan Akbar pak!, Akbar sedang mengaji ”.
            ”Iya, bapak tahu, tapi kenapa tidak besok saja kamu mengajinya, kamu sudah mengganggu orang lain termasuk bapak”. Tegas bapak kepada Akbar.
Ibu terbangun sambil mengucak – ngucak matanya dan segera menghampiri asal suara tersebut dan ibu melihat ternyata Akbar dan Bapak sedang ribut didepan kamar Akbar.
            ”Ada apa sih pak!”. Ibu penasaran.
            ” Ini loh bu, anak mu itu, mengaji keras – keras sekali suaranya sampai bapak tidak bisa tidur bu”
            ”Biarkan saja Akbar mengaji pak!” ibu membela Akbar.
            ”Tapi seharusnya dia tahu waktu bu?” Ujar ayah membela diri.
            ”Aku hanya...” Ucap Akbar dengan nada memelas.
            ” Sudah..sudah... jangan bertengkar, ini sudah malam, malu kalau sampai didengar tetangga ”. Ibu memotong ucapan Akbar.
            ”Tapi bu!” Akbar mencoba ingin menegaskan.
            ” Sudah,, kamu tidur saja, besok kamu masuk sekolah kan?”. perinyah ibu kepada Akbar.
            ” Iya bu.. ” Ujar Akbar dengan suara halus sambil menundukkan kepalanya kebawah.
Akhirnya Ayah dan ibu pun kembali kekamar.
Akbar pun merapihkan perlengkapan shalat dan mengajinya yang sedari tadi berserakan dilantai.

**********
            Pikiran akbar menjadi bertambah, ia masih memikirkan kejadian semalam dan persyaratan yang diberikan zahra sehingga membuat Akbar menjadi penasaran bertahun – tahun.
Selain ia memikirkan itu, ia juga harus memikirkan untuk persiapan Ujian Nasional mendatang tetapi ia hanya terfokus pada persyaratan Zahra karena ini adalah tahun terakhir ia bersekolah disini dan Zahra akan melanjutkan sekolah di pesantren yang memungkinkan Akbar tidak akan bertemu kembali dengannya.
            Menjelang hari kedua belas, Akbar semakin gelisah, perasaannya kalang kabut, bayangan wajah Zahra selalu mengganggunya. Dia tidak bisa belajar disekolah maupun dirumah. Akbar takut kalau-kalau dia berpapasan dengan Zahra. Tetapi untungnya mereka berbeda kelas. Perasaannya begitu gelisah, pelajaran agama hari ini pun tidak masuk sama sekali di otaknya. Padahal, dia terus mengikuti nasehat teman-temannya untuk rajin shalat dan berdoa. Tetapi itu sudah dilakukannya setiap hari bahkan selain ramadhan pun Akbar selalu rajin shalat dan berdo’a.
            Dalam waktunya yang sempit ini, Akbar juga berharap para saingannya mengalami perasaan sepertinya. Akbar sangat mencintai Zahra, apapun akan dia lakukan untuk mendapatkan gadis manis itu. Dia bersikeras untuk bertahan disisa waktunya yang tinggal lima hari ini,dia harus menemukan jawabannya.
            Sepulang sekolah, Akbar memutuskan pergi ketoko buku ditemani Agis, dia berharap akan menemukan sesuatu. Maka dia mencari-cari semua buku tentang perempuan, tetapi hasilnya nihil, sudah dua jam mereka disana. Akbar hanya membolak-balik buku. Dia menemukan buku TRIK JITU UNTUK PRIA YANG JATUH CINTA, APAKAH KAMU MENCINTAINYA, LEMBAYUNG SINAR WANITA, dll. Semua itu tidak membantunya, dan akhirnya Akbar mengajak Agis pulang. “kenapa kamu tidak mengiklaskannya saja sih? Toh, masih banyak gadis selain Azzahra yang mencintaimu”. Agis menyarankan “cintaku kepada Azzahra telah berdarah daging, aku tidak akan menyerah begitu saja sampai titik darah penghabisan” lalu Agis pun menjawab :”kamu terlalu takabur, tapi terserahlah kalu masih mau berusaha”.
*****

            Pagi, siang , malam yang ada di pikirannya hanya Azzahra. Shalatfardu dan tarawihnya kacau balau. Akbar jadi ingat perkataan Agis, apa dia terlalu takabur? Hari ini adalah hari kelima belas puasa, Akbar tidak tahu lagi harus berbuat apa, beberapa hari ini ia telah berusaha menemukan jawaban Zahra tetapi hasilnya nihil, Akbar berpikir kalau saja Zahra memberinya syarat yang lebih mudah seperti disinetron kiamat sudah dekat.toh Akbar rajin shalat, bacaan Qur’annya pun lancar. Atau diakah juga perlu belajar ilmu ikhlas? Sore itu, selepas ashar akbar bersandar ditembok kamarnya, dia terus merenung, apakah dia harus menyerah? Tangannya memegangi kertas dan pulpen, lalu dia menulis puisi:
            Azzahra, arti namamu adalah bunga.
            Bunga itu yang kini kurindukan.
            Hari-hari sepi selalu kulewati
            Membanyangkan indahnya paras bidadariku
            Aku ingin memberimu kaligrafi cintaku
            Agar kau tahu betapa rindunya diriku.
             Akan ku lantunkan surat annisa untuk mu
             Untuk perempuan ku, wahai bungaku...
            Akbar kaget, dan mengakhiri puisinya karena tiba-tiba ibunya msuk. ”lho, kenapa masih disini? Ayo keluar sebentar lagi adzan maghrib. Ayah dan adikmu sudah menunggu untuk berbuka”. Akbar pun menjawab ”oh iya bu, sebentar lagi saya keluar” jawab akbar yang buru-buru menyembunyikan puisinya.
sedang ada masalah ya? Ibu perhatikan beberapa hari ini kamu melamun terus, ayo ceritakan saja sama ibu, siapa tahu ibu bisa membantu”.
            Beberapa detik, Akbar memandang wajah ibunya yang meyakinkan, kemudian pelan-pelan Akbar berbicara. ”bu, benda apa yang dipakai oleh kaum perempuan dimana mereka dlam keadaan bersih dan suci? Dan yang bisa memuliakan mereka di depan Allah?” tanya Akbar.
”jadi ini yang dari tadi kamu lamunkan?” ibu balik bertanya ”bu, saya menyukai seorang gadis, namanya Azzahra, Azzahra khairunisa Alhasan lazuardi, saya mencintainya sejak dua tahun lalu, waktu itu saya mengatakan cinta saya, dan dia memberikan syarat itu.dan dia hanya memberikan waktu tujuh belas hari, dari tanggal satu sampai tujuh belas ramadhan, setiap kali ramadhan datang, dua tahun lalu saya gagal total, dia bilang srlama ini benda yang sayha berikan kepadanya bukan benda yang bukan ia inginkan.”
ibu mengganggu pelan dan tersenyum, dia lantas bicara ”ibu rasa masalah yang kamu hadapi tidak terlalu berat, hanya bersabar modal yang paling baik. Dengar nak, pemberi petunjuk adalah Allah SWT. Cobalah istikhoroh, berdoalah sesuai niatmu, bukan kehendak nafsumu. Ibu hanya bisa menyarankan itu, kalaupun ibu tahu jawabannya ibu tidak akan bisa memberitahumu karena ibu yakin gadis itu ingin kejujuran darimu”
*****
            Setelah shalat tarawih,Akbar mengikuti saran ibunya, dia berdzikir hingga malam diikuti shalat tahajud dan istikharah. Saat teringat perkataan ibunya ”berdoalah sesuai niat tulusmu, bukan kehendak nafsumu” Akbar nangis tersedu-sedu, kini dia tahu apa yang harus dia lakukan besok.
            Keesokan harinya, Akbar memutuskan untuk tidak masuk sekolah. Dia menghampiri ibunya yang bersiap-siap pergi kekantor sambil merapikan beberapa mukena. ”lho, kenapa belum pakai seragam? Nanti telat kesekolah”. Tanya ibu. ”saya sengaja tidak masuk sekolah bu,saya ingin mempersiapkan diri untuk mengatakan jawaban saya besok pada Azzahra, saya tahu apa yang harus saya lakukan besok, karena besok adalah tujuh belas ramadahan”. Ibu tersenyum ramah sekali sambil merapihkan mukena-mukena di kursi. ”untuk apa mukena-mukena itu,bu?” tanya Akbar. ”oh, ini sebenarnya pemberian dari teman-teman lama ibu,ibu mau kasih ke` panti asuhan” Akbar tia-tiba mendapat ide, dia meminta satu mukenanya dari ibunya,dia akan memutuskan untuk memberikan jawaban kepada Azzahra lewat surat hari ini. Dan mukenanya akan dia berikan sebagai rasa terimakasih kepada Azzahra karena selama ini telah memberinya waktu, Akbar langsung menuju kamarnya, dia menulis sepucuk surat  dan meyelipkan kepada mukena itu beserta puisi yang ditulisnta kemarin, lalu membungkusnya.
            Pukul sepuluh Akbar menuju rumah Zahra, Akbar tahu kalau Zahra sekolah makanya dia menitipkan bungkusan itu kepada pembantunya. Akbar sengaja memberikan jawabannya lebih awal dan lewat surat, karena dia tidak mampu menghadapi Zahra besok.
            Selanjutnya setelah Akbar pulang dari rumah Zahra, Akbar menuju mushola, dia akan i’tikaf disana sampai siang. Dan pukul dua siang, Akbar memutuskan pulang, sekarang pikirannya telah tenang kembali, semuanya rasanya telah bebas. Sampai tiba di ambang pintu moshola, isi perutnya terasa melilit. Akbar melihat Zahra didepan teras sambil membawa bungkusan yang dikenalnya, dan kini bungkusannya mukena itu terbuka, Akbar menghampiri Zahra, dia berhenti satu setengah meter didepan Zahra.
”aku tahu kau disini dari adikmu, tadi aku kerumahmu dan adikmu bilang kalau sepulang sekolah kau selalu ke mushala. Rupanya adikmu mengira tadi kau masuk sekolah”.  kata Zahra tiba-tiba .
            Selama semenit,mereka hanya saling diam.air mata Zahra lalu mengalir tatkala ia mengambil amplop dari balik mukena. Dia mulai merobek amplop itu dan membacanya:
”Assalamu’alaikum,
Azzahra, sengaja aku memberikan mukena dan puisi ini sebagai rasa terimakasihku karena selama tiga tahun ini kau selalu memberiku waktu untuk menemukan benda yang kau inginkan, hari ini, tanggal enam belas ramadahan. Hari ini Allah telah menyadarkanku selama tiga tahun ini aku sungguh merasa berbohong, membiarkan hawa nafsuku merasuki diriku. Selama ini aku begitu mencintaimu, aku sungguh takabur. Aku mencintaimu, sungguh sangat mencintaimu, sampai aku lupa akan cinta kepada Allah. Aku takut Allah murka kepada ku, semalaman aku menangis karena aku takut Allah cemburu. Sungguh selama ini aku rela diperbudak oleh setan. Azzahra, aku sudah memutuskan kalau hari ini aku menyerah dari sayembara ini. Aku berhaarap semoga kau dapat pria yang baik, dan terima kasih karena kau aku jadi sadar kalau yang seharusnya yang kita cintai adalah Allah dan rasulnya.
Wassalam”.
M. AKBAR NAZARUDIN
            Zahra mengakhiri kata-katanya, air matanya jatuh semakin deras.lalu dia membaca puisi dari Akbar, dan kali ini air matanya tak terbendung lagi. Wajahnya merah padam ”subhanallah, betul-betul puisi yang indah”. Kata Zahra sambil terisak. ”Akbar, akhirnya kau mengerti  kalau cinta sesama makhluk, tidak boleh melebihi cinta kepada sang pencipta. Ini bukanlah sebuah sayembara,dan aku bukan lah hadiah, untuk diperebutkan oleh sebelas orang, aku membuat syarat  itu hanya untuk menguji pemahaman dan kesabaran kalian. Dari dulu sebenarnya aku yang mengharapkan engkau yang berhasil menemukan apa yang ku mau, dan ternyata? Sekarang kau berhasil”. ”apa maksudmu, Zahra?” tanya Akbar.
”mukena ini, benda yang hanya di paki olehkaumku dimana mereka dalam keadaan bersih dan suci. Aku merasa mulia dihadapan Allah. Karena mukena ini dapat menutup auratku,” jawab Zahra panjang lebar.
            Sekarang air mata mengalir dari sudut mata Akbar, dia tidak percaya apa yang diucpakan Zahra barusan, dia hanya bisa terdiam dan menangis
”tapi, kenapa kau hanya memberikan waktu tujuh belas hari?” tanya Akbar terisak.
”Akbar, tujuh belas ramadhan adalah hari yangmembuat umat islam bahagia, karena dihari itu Alqur’an diturunkan. Aku  juga ingin bahagia dihari itu, menerima mukena, yang mulia ini.sebenarnya aku memberimu dan yang lainnya waktu tiga tahun, kalian salah mengartikan, maksud tujuh belas ramadhan itu batas waktunya, sesudah itu aku memberi waktu sampai tujuhbelas ramadhan berikutnya,” jawab Zahra.
            ”Tapi Zahra, maaf aku memberikannya hari ini, bukannya besok. Aku juga mau bilang kalau..........aku tidak ingin memaksamu. Walaupun jawaban ku benar, tetapi aku tidak amau memaksamu untuk menjadi milikku.” kata Akbar.
”terima kasih, aku juga mau berkata itu. Maukah kau memberiku waktu?’ tanya Zahra.
”Sesungguhnya hubungan yang paling suci adalah pernikahan, maukah kau menungguku untuk menerima cintamu? sampai aku siap lahir bathin? Aku akan sangat berterima kasih sekali kalau sekarang ini kita bersahabat saja dulu.” kata Zahra.
            Akbar mengangguk, dia paham apa yang dikatakan Zahra. Sungguh, dia ikhlas menunggu Zahra, karena rasa cintanya yang besar kepada Allah “Zahra, bagaimana denga yang lainnya? Sepuluh orang lainnya yang kau beri syarat serupa?” tanya Akbar.
“tadi mereka semua bilang kalau mereka semua menyerah.” Jawab Zahra.
“jadi, aku ini orang yang kesebelas?” jawab Akbar.
            Zahra menggangguk dan tersenyum, dia menyapu air matanya. Selama semenit, mereka saling diam, merunduk. Kira-kira sudah setengah jam mereka berdiri disana, orang-orang yang lewat mulai memperhatikan mereka ”baiklah” kata Zahra akhirnya. ”aku harus pulang, terima kasih atas hadiah yang indah ini.?”
            Kemudian Zahra berbalik badan setelah mengucapkan salam. Akbar masih berdiri di tempatnya ”Zahra, tunggu!” panggil Akbar. Zahra berhenti melangkah dan berbalik badan. Tanpa sadar, mulut Akbar mulai mengucapkan puisi untuk Zahra.
              Azzahra, dirimu bagaikan permata
              Didalam etalase kaca
              Aku akan menunggumu.....
              Akan kukumpulkan keping demi keping cinta
              Agar suatu saat aku dapat membawa permata itu pulang
              Kepada orang yang menunggunya.....
           
            Zahra kembali menangis, lantas tersenyum. Senyumnya mengguratkan suatu kebahagiaan. ”kalau suatu hari kau punya satu cinta untukku, akan kutukarkan seribu cintaku padamu,dan aku adalah permata didalam etalase, yang hanya boleh dilihat, tetapi tidak boleh dimiliki. Dan yang hanya sang penciptalah yang boleh memiliki ciptaannya.”
Akbar melihat ekspresi wajah Zahra menunjukkan kebahagiaan dan kekaguman tak terhingga.
” terimakasih, untuk puisi yang sangat indah, semoga Allah selalu membantumu dalam mengumpulkan keping-keping cintamu untukku.”
semoga pahala mengalir untukmu di malam nuzulul Qur’an.
 Zahra mengakhiri kata-katanya, dia berbalik badan dan mulai melangkahkan kakinya, Akbar mengawasinya. Nanti malam Nuzulul Qur’an, waktu yang tepat untuk Akbar dan seluruh umat islam didunia, mengumpulkan keping demi keping pahala, melantunkan ayat-ayat suci Alqur’an yang syairnya begitu indah menusuk hati pendengarnya.

*****
" ini cerita udah pernah di posting di blog saya yg lama. tetapi blog lama gabisa di gunakan lagi. jadi saya repost di blog baru "
created by : PUPUT and ME
  

Tidak ada komentar:

Posting Komentar